Sunday, June 10, 2007

MENYIASATI PENGELUARAN

Dikutip dari Wanita Indonesia

Salam kenal,

Saya Ibu 25 thn dan memiliki seorang putri berusia 2 thn, bekerja disalah satu perusahaan swasta. Gaji bersih saya Rp. 850.000,- / bln, Suami Rp. 1,2 jt/bln namun pembayaran dicicil setiap bulannya karena perusahaan suami saya dengan bermasalah (sdh berjalan kurang lebih 1 thn ini).

Saya harus membayar sewa rumah sebesar Rp. 360.000,-/bln, membeli susu anak Rp. 240.000,-/bln dan membayar cicilan hutang Rp. 300.000,-/bln, jadi gaji saya satu bulan hanya habis untuk membayar keperluan diatas dan harus nombok Rp. 50.000,-/bln. Yang ingin saya tanyakn bagaimana cara mengatur uang tersebut agar saya bisa menabung? Sedangkan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari dari gaji suami yang dicicil itu dan besarnya tidak tentu.

Demikian keluhan saya, semoga Bpk. dapat membantu mencarikan jalan keluarnya. Terima kasih.

Novianti – Cibinong


Jawaban:

Ibu Novianti, sepertinya yang menjadi masalah adalah bukan bagaimana Anda mengelola uang, tapi yang bermasalah adalah sumber penghasilan yang belum menentu. Maka fokus utama Anda seharusnya adalah bagaimana menormalkan kembali penghasilan yang tidak menentu.

Caranya bisa dengan ikut berpartisipasi menyelesaikan masalah keuangan di perusahaannya jika memungkinkan, atau mencari pekerjaan baru.

Sedangkan pengaturan keuangan yang perlu Anda lakukan sekarang adalah untuk menyiasati pengeluaran agar tidak lagi nombok. Namun ini seharusnya hanya bersifat sementara sampai pemasukannya kembali normal. Dari ketiga komponen pengeluaran bulanan yang sudah pasti, yaitu sewa rumah, beli susu anak dan cicilan hutang, harus ada yang bisa kita siasati.

Untuk susu anak, rasanya tidak mungkin kita korbankan. Sedangkan untuk cicilan hutang, memang bisa kita siasati, namun akan menambah beban pengeluaran di belakang hari karena bunga yang dibayar akan bertambah. Nampaknya pengeluaran untuk biaya sewa adalah pengeluaran yang masih bisa dikompromikan. Coba bicarakan dengan indung semang Anda untuk menunda pembayaran sewa rumah setidaknya satu bulan. Bayarkan uang sewa rumah ini dari penghasilan suami ketika sudah bisa dicairkan.

Jika penghasilan suami hanya terlambat atau dicicil selama satu bulan saja, maka sebetulnya tidak terlalu bermasalah. Hanya waktunya saja yang berubah. Setiap pengeluaran yang bisa ditunda, sebisa mungkin ditunda sampai gajinya dibayarkan. Bahkan masalah ini juga mungkin akan selesai dengan sendirinya dengan cara berhutang sebesar Rp 1,2 juta untuk mengganti gaji suami selama 1 bulan.

Misalnya, pada bulan awal ini Anda meminjam uang sebesar Rp 1,2 juta untuk pengeluaran bulan ini. Selama satu bulan, gaji suami Anda yang diterima secara bertahap tidak digunakan dan hanya disimpan saja untuk pengeluaran Anda di bulan depan. Dan begitu seterusnya. Hutang ini sendiri bisa dilunasi ketika gaji suami sudah normal kembali, atau dengan cara dicicil selama jangka waktu tertentu.

Salam,Ahmad GozaliPerencana Keuangan

No comments: